Skip to main content

Pengalaman Les Bahasa Korea di King Sejong Institute Center (KSIC Jakarta)

 안녕하세요 친구들~


Pada kesempatan kali ini, aku mau cerita-cerita tentang pengalamanku belajar bahasa Korea lewat lembaga resmi, yaitu King Sejong Institute. 

Singkatnya, sejak tahun 2017 itu, aku udah mulai belajar bahasa Korea secara otodidak, tapi waktu itu buat seru-seruan aja, sebatas buat hobi aja. Tapi, setelah kuliah, tepatnya di tahun 2019, aku mulai memutuskan untuk mulai serius belajar bahasa Korea. Akhirnya, aku mulai cari-cari tempat kursus lewat internet.

Dan akhirnya... aku nemu King Sejong Institute, yang merupakan lembaga untuk belajar bahasa Korea, dibawah naungan pemerintah Korea. Di sini, ada 8 level yang bisa diambil. Satu level itu durasinya 1 semester atau sekitar 4-5 bulan (karena ada potongan libur semester). Jadi, kalau dihitung-hitung, kalau mau tamatin sampai level 8, butuh waktu sekitar 4 tahun.

Level-levelnya itu dibagi yang Dasar, yaitu Sejong 1 (1A) sampai Sejong 4 (2B) dan Menegah, yaitu Sejong 5 (Int 1A) sampai Sejong 8 (Int 2B). Kalau daftarnya langsung dari level Sejong 1, nggak perlu ikut placement test, tapi kalau mau daftar level Sejong 2 ke atas harus ikut placement test.

Sekedar informasi aja, di Indonesia sendiri, King Sejong Institute itu ada di 4 kota, dengan total ada 6 King Sejong Institute, yaitu di: 

1. Jakarta (KSIC, KSI Jakarta, KSI KCC)

2. Surabaya 

3. Bandung

4. Yogyakarta

Nah, aku itu ikut yg di KSIC Jakarta, lokasinya di APL Tower (dekat mall Central Park). 

Awalnya, aku mau ikut yang di KSI KCC, karena di sana jauh lebih murah, tapi untuk level dasar, susah banget karena rebutan sama banyak orang. Akhirnya, aku memutuskan untuk ke KSIC Jakarta aja, karena masih di deket rumah juga, dan sama-sama Jakarta Barat.

Pertama kali aku masuk KSIC itu adalah awal bulan Februari 2020 yang lalu, dan aku daftar ke Sejong 2 setelah ikut placement test. Jadi, aku ikut placement test di Januari 2020, tesnya itu ada menulis dan berbicara. Berdasarkan hasil tes itu, aku disarankan masuk level Sejong 2 (1B). 

Singkat cerita, akhirnya aku mulai belajar bahasa Korea di KSIC. Di KSIC ini, gurunya native, orang Korea asli. Pengajaran di kelas juga campur-campur antara bahasa Korea dan bahasa Inggris. Tapi, kalau beruntung, bisa dapet guru yang ngerti sedikit tentang bahasa Indonesia, dan gurunya bisa jelasin dalam bahasa Indonesia. 

Di KSIC ini kita dapet buku 2 buah, yang pertama buku materi dan juga buku latihan (익힘 책). Buku materinya ini full colour, dan dalam tiap babnya, pasti ada kosakata baru, dialog, grammar, dan juga latihan, lengkap dari menulis (쓰기), berbicara (말하기), membaca (읽기), dan mendengar (듣기). 

Lalu, di tiap bulannya ada acara Korean Culture Day atau 문화가 있는 날, yang bisa diikuti oleh para siswa secara gratis. Nah, untuk ikut acara ini juga harus rebutan karena kuota terbatas. 

Di akhir semester juga ada ujian, yang meliputi keempas aspek tadi, yaitu menulis (쓰기), berbicara (말하기), membaca (읽기), dan mendengar (듣기). Kalau nilainya di atas 60, maka dinyatakan lulus dan bisa naik level, juga akan dapat sertifikat. Tapi, kalau nggak lulus, harus ambil level yang sama lagi di semester selanjutnya. 

Di KSIC, selain ada kelas reguler (Sejong 1-Sejong 8), juga ada kelas lain seperti kelas Conversation, kelas Travel Korean, Business Korean, dan lain-lain.

Kebetulan, semester kemarin aku juga ikut kelas Conversation. Di sana lebih menekankan pada mendengar dan berbicara. Ujiannya juga lebih intens bagian berbicaranya. 

Singkat cerita, kira-kira itulah pengalamanku les bahasa Korea di KSIC. Sejauh ini, les di KSIC itu fun dan asik banget menurutku. Harganya juga terjangkau banget, semester ini hanya Rp 750.000 untuk satu semester, termasuk buku. Bahkan, kemarin dapat bonus tumbler juga. 

Selama pandemi ini, proses belajarnya online lewat Zoom, tapi nggak kalah asik sama pas belajar offline. Meski pas belajar offline lebih seru, sih, hehe...

Jadi, buat kalian yang berminat untuk mulai seriusin belajar bahasa Korea, boleh banget cek-cek ke KSIC yaa, barangkali berminat.

Kalau ada pertanyaan, feel free to ask guys!


감사합니다.



Comments

Popular posts from this blog

How I Got the GKS G 2025 Scholarship | 2025년 정부초청 외국인 장학생 얻은 법

 안녕하세요! 만나서 반갑습니다~ Back in high school, I fell in love with Korean dramas and dreamed of majoring in Korean Literature someday. But after lots of thinking (and a bit of fear), I chose to study Korean in a language course instead of university. To be honest? I regret that decision. After studying Korean in a language course for about 5 years, I felt my skills had improved a lot but still not enough for a real working environment. Last year, I took the TOPIK II exam without expecting much. My only hope was to pass and maybe get level 4 out of 6. But when the results came out… I got level 5...  I was happy, but also a little confused. I didn’t think I was that good. Maybe I was just lucky with a few guesses 😅 Still, it gave me confidence to dream a little bigger. Last January, when I found out the GKS Graduate Scholarship 2025 was open, I decided to try my luck. To match my long-time passion for Korean, I chose Korean Language and Literature as my major. I even prepared my stu...

Rekomendasi Buku Self Improvement Penulis Korea

  Belakangan ini, tidak hanya tentang K-pop atau K-drama, tapi buku-buku pengembangan diri yang ditulis oleh penulis Korea Selatan juga menjamur dan menjadi terkenal di Indonesia. Bahkan, beberapa diantaranya ada yang menjadi best seller. Buku ini mengajak para pembaca untuk lebih mencintai dirinya sendiri, sehingga berhasil mencuri hati pembaca dan menduduki posisi tersendiri di hati para pembaca. Penasaran, kan, dengan judul-judul bukunya? Berikut ini adalah judul-judul bukunya! 1.      I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki   Judulnya yang cukup panjang dan menarik ini membuat orang-orang bertanya-tanya apa kira-kira isi dalam buku ini. Buku ini ditulis oleh Baek Se Hee, yang isinya antara lain adalah percakapan dan hasil konsultasi penulis dengan psikiaternya. Baek Se Hee, penulis buku ini mengalami distimia sehingga ia berkonsultasi dengan psikiaternya, dan ia mulai menulis buku ini. Buku ini merupakan esai pengembangan diri yang mengajak...